Wednesday 13 January 2016

PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA

No comments :
Sumber energi mekanik di Indonesia ada beberapa macam yaitu 1) alat mekanik (traktor dll) sebanyak 3% (2 x 104 kw), 2) tenaga manusia sebanyak 47% (140 x 104 kw) dan 3) tenaga ternak sebanyak 50% (150 x 104 kw). Dari ketiga sumber tersebut, yang potensial untuk dikembangkan untuk mendukung pengolahan lahan pertanian terutama tanaman pangan adalah tenaga ternak.
membajak sawah dengan cara tradisional
Kemampuan tenaga kerja sapi sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti bangsa, jenis kelamin, ukuran besar dan berat, latihan, pemberian pakan dan kesehatan.
Sepasang sapi kerja yang baik mampu untuk membajak 0,25 ha dalam waktu 6,5 jam atau 3,2 km/jam dalam perjalanan. Seekor sapi dapat mengubah energi kimia dari pakan menjadi energi gerak / energi mekanik untuk ternak kerja. Ternak yang bekerja ringan misalnya hanya berjalan tanpa beban, membutuhkan energi lebih sedikit dibandingkan dengan ternak yang bekerja berat. Proses metabolisme dan aktivitas fisiologis pada tubuh ternak dapat menghasilkan kontraksi dan relaksasi otot yang dapat menimbulkan gerakan mekanik. Sumber energi untuk kerja dapat berasal dari nutrisi pakan atau melalui perombakan jaringan lemak atau glikogen.
Ketrampilan seekor ternak dalam bekerja dapat dibentuk melalui latihan yang teratur dan terprogram dan sebaiknya dilakukan dari usia muda. Produktivitas kerja seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi fisik ternak (umur, berat, kesehatan, postur tubuh), ketrampilan ternak, ketrampilan pengendali (peternak/pengemudi), kondisi fisik lingkungan (lahan, jalan, suhu, radiasi, dll) dan jumlah/kuantitas nutrisi yang dikonsumsi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal :
Faktor internal (ternak) :
Umur ternak : stamina terbaik pada umur sesudah dewasa tubuh, tetapi tidak umur tua. Pada sapi dan kerbau pada kisaran umur 4 – 7 tahun. Latihan kerja dimulai pada umur 2 – 3 tahun.
Postur tubuh dan berat badan : ternak yang besar dan lebih berat karena akumulasi lemak, tidak menjamin memiliki stamina dan tenaga kerja yang lebih baik, bahkan tubuhnya merupakan beban bagi ternak. Postur tubuh yang tinggi, besar dan kaki panjang memberikan prestasi kerja yang cepat.
Jenis kelamin : umumnya ternak jantan mempunyai prestasi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan ternak betina.
Bangsa : sapi PO, sapi Madura, sapi Bali dan sapi Brahman adalah bangsa sapi tipe kerja. Sedangkan sapi dari bos taurus belum diteliti kemampuannya sebagai ternak kerja.
Ketrampilan ternak : ketrampilan kerja ternak hanya dapat dibentuk melalui program latihan dan dimulai pada umur muda.
Konformasi otot : gerakan mekanik terjadi apabila otot pada kaki berkontraksi, sehingga kekuatan tarik / stamina ternak juga ditentukan oleh perototannya. Makin sempurna perototan (konformasi otot), kekuatan tarik juga makin besar.
Spesies : ternak kerbau lebih cocok bekerja di lahan persawahan berlumpur dalam karena kaki pendek dan berteracak besar sehingga tidak mudah tergelincir. Sedangkan sapi lebih cocok pada lahan kering (tidak berlumpur dalam) karena kakinya panjang dan teracak relatif kecil). Kerbau tidak tahan panas ketika bekerja, karena kulit berwarna gelap dengan kelenjar keringat sedikit, sedangkan sapi lebih tahan panas.
Kesehatan : ternak yang terdeteksi sakit sebaiknya tidak dikerjakan, terutama penyakit yang terkait dengan proses metabolisme dan infeksi. Demikian juga untuk ternak yang bunting awal maupun akhir.
Faktor eksternal (lingkungan) :
Pakan
·         Kebutuhan energi dipengaruhi oleh berat badan, beban yang diangkut/ditarik, kondisi/kemiringan jalan, kecepatan gerak ternak dan kebutuhan pokok hidup.
Kondisi lingkungan fisiologis
·         Suhu, kelembaban, sirkulasi udara, cuaca dan radiasi matahari
·         Khusus pada kerbau, faktor suhu dan radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap thermo regulasi kerbau, sehingga implikasinya dapat menurunkan kemampuan kerja (kulit kerbau berwarna gelap dan mempunyai kelenjar keringat yang relatif sedikit)
Kondisi lahan/jalan
·         Pada kondisi jalan mendaki/menanjak, ternak harus menarik dan mengangkat tubuhnya sendiri sebagai beban.
·         Pada jalan menurun, ternak harus mengeluarka energi ekstra agar tubuhnya dapat dipertahankan posisinya agar tidak tergelincir.
·         Pada jalan mendaki dan menurun, energi yang dikeluarkan banyak digunakan untuk kontraksi isometrik.
·    Pada jalan mendatar, energi lebih banyak digunakan untuk kontraksi isotonik (untuk gerakan mekanik berjalan).
Peralatan kerja
·         Prestasi kerja juga dipengaruhi oleh desain, bentuk dan berat peralatan kerja.
Ketrampilan operator
·        Operator yang kurang terampil, kurang pengalaman dan tidak terbiasa dalam mengendalikan ternak dapat menurunkan prestasi kerja ternak, karena semua perintah dari operator tersebut tidak dijalankan dengan baik oleh ternak kerja.
Pasangan kerja
·         Dalam memilih pasangan kerja sebaiknya seimbang baik kekuatan tarik maupun ukuran postur tubuh.

No comments :

Post a Comment

terimakasih sudah berkunjung di livestock96